Kanker Serviks |
Sebenarnya penelitian tetang besarnya potensi penularan HPV melalui kloset duduk sudah dilakukan sejak 2008. Namun, saat itu belum banyak kasus penularan melalui cara ini. Sebagian besar, penularan kanker serviks melalui hubungan kelamin.
Namun, beberapa kasus terakhir ini menunjukkan banyak perempuan yang tidak pernah melakukan hubungan seksual, tidak menggunakan pil KB, bahkan anak usia 4 tahun ikut terkena kanker ini. Setelah dilakukan penyelidikan, diduga mereka tertular dari kloset duduk WC umum yang tidak terjaga kebersihannya.
Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dokter Anrijono Sp.O.G. (k), menjelaskan kondisi lembap toilet merupakan tempat yang subur bagi virus untuk berkembang biak. Apalagi jika kloset tersebut jarang dibersihkan. "HPV bisa menular melalui kontak kulit dengan bibir WC," kata dokter bagian Onkologi dan Ginekologi RSCM itu.
Jumlah virus ini semakin besar dan agresif terutama pada jamban atau kloset yang lembap. Di Indonesia sendiri penggunanan jamban atau kloset kering belum terlalu populer.
Anrijono juga pernah menemukan satu kasus unik, penularan HPV pada anak perempuan berusia 4 tahun. Awalnya, sebut saja Nia (4) mengalami keputihan. Hal ini tentunya tidak lazim untuk anak perempuan yang belum mendapatkan datang bulan atau menstruasi.
Seperti diketahui kalau keputihan normal juga terjadi menjelang ataupun sesudah siklus datang bulan. Nah, sang ibu yang datang memeriksakan anaknya ke ginekologi tidak menyangka kalau anaknya terserang HPV.
"Kami tim dokter juga kaget. Kita periksa apakah ibunya menderita HPV dan ternyata negatif," kata Anrijono. Hal ini semakin meyakinkan mereka, potensi penularan HPV melalui WC-WC umum yang lembap, basah, dan jarang dibersihkan sangat besar.
Lalu, bagaimana kita mengantisipasi penularan kanker yang membunuh satu perempuan setiap jam ini? Memang, gejala kanker serviks sering tidak terdeteksi karena pada stadium awal muncul tanpa gejala spesifik. Karena itu, kanker serviks disebut juga sebagai The Silent Killer.
Kanker serviks atau leher rahim ini terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks.
Kanker serviks bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh. Jika kekebalan tubuh berkurang, infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks.
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV.
Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengonsumsi vitamin C, vitamin E, dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.
Cara paling mudah untuk mengetahuinya seseorang terkena kanker serviks atau tidak, yaitu dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim atau pap smear. Pap smearmetode tes yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.
Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisis di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
Metode yang lebih akurat, thin prep. Hasilnya lebih akurat dibanding pap smear. Jikapap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, thin prepakan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim.
Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, ataucryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi, yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.
Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka, terapkanlah pola hidup sehat dan bersih, tidak bergonta-ganti pasangan, melakukan pap smear secara rutin, pemberian vaksin HPV, dan menjaga kebersihan vagina.
Sumber - Lampungpost