Mereka adalah Rachel Berry (Lea Michele), seorang gadis cantik dengan orangtua sepasang lelaki gay yang menanamkan sikap kompetitif pada dirinya sejak dini.
Rachel bersuara emas, tapi kurang pandai bergaul. Lalu ada Mercedes Jones (Amber Riley), murid Afro-Amerika pemuja Beyonce yang gerak tarinya sungguh lentur meski bertubuh subur, Kurt Hummel (Chris Colfer) murid gay yang selalu menjadi bulan-bulanan pemain rugbi sekolah, Artie Abrams (Kevin McHale) murid yang menggunakan kursi roda yang juga dahsyat bermain gitar.
Lalu ada pula si ganteng Finn Hudson (Cory Monteith). Tak seperti rekannya yang kuper, Finn adalah bintang rugbi sekolah yang diam-diam ternyata punya talenta menyanyi.
Mereka bergabung dalam klub Glee -- semacam paduan suara -- di bawah asuhan guru Will Schuester (Matthew Morrison). Will yang dulunya anggota Glee di William McKinley ingin mengembalikan kejayaan kelompok Glee.
Usaha Will tak gampang, mengingat rata-rata murid-murid ini punya sifat inferior dan kepercayaan diri yang amat rendah.
Tantangan terbesar Will -- dan juga anggota Glee -- adalah Sue Sylvester (Jane Lynch), pelatih cheerleader yang sangat terobsesi pada kemenangan. Sue amat membenci Glee karena dianggapnya hanya kumpulan berisi siswa pecundang. Sue tak ingin Glee eksis apalagi sukses.
“Ini...,” kata Sue sambil meletakkan sebutir apel hijau di atas meja, “adalah kelompok Glee,” ujar dia pada Will sembari mengambil sebuah piala dari rak khusus. “Dan piala ini adalah kami,” bilang Sue. Lalu ditumbukkannya piala itu ke atas apel sampai hancur berkeping-keping.
Sejak episode pilot tayang 19 Mei tahun lalu di kanal Fox, Glee langsung mencuri perhatian. Tak kurang dari 7,8 juta orang memelototi program ini setiap kali tayang. Tak hanya dahsyat untuk urusan penonton, berbagai penghargaan pun disabet serial yang dikreasi Ryan Murphy, Brad Falchuk, dan Ian Brennan ini.
Salah satu yang bergengsi adalah penghargaan Golden Globe 2010 sebagai Serial Komedi Musik Televisi Terbaik. Glee mengalahkan serial unggulan lain seperti 30 Rocks, Entourage, dan The Office.
Selain alur cerita yang lucu, satir, dan penuh intrik, musik merupakan ornamen yang tak kalah penting di serial ini. Tak kurang tiga lagu dibawakan per episodenya. Lagu-lagu itu lagu daur ulang yang berasal dari langgam dan masa yang berbeda.
Ada lagu rock oldies yang populer di era ‘80-an, macam “Somebody to Love” yang dulu dipopulerkan Queen atau “Don't Stop Believin”-nya Journey. Ada pula lagu kekinian seperti “Gold Digger” bikinan Kanye West atau lagu pop kontemporer “Take a Bow” milik Rihanna. Semua lagu itu dinyanyikan para pemeran Glee.
“Semua style musik jenis apa pun pasti akan ada dalam musik Glee. Tak peduli apa yang Anda suka, Anda akan menemukannya. Di sini ada hal-hal yang pasti akan Anda senangi,'' kata Brad Falchuk.
Kalau setiap lagu terkesan fasih dinyanyikan, itu karena beberapa pemeran Glee punya latar belakang musikal yang kuat. Matthew Morrison, misalnya. Si pemeran Will adalah aktor yang sering tampil di panggung musikal Broadway.
Dia pernah tampil di pergelaran Hairspray dan The Light in the Piazza. Lea Michele alias Rachel membintangi Spring Awakening yang dipentaskan di Broadway. Kevin McHale si pemeran Artie adalah anggota boy band Not Like Them.
Meski punya latar musik, bukan berarti tak ada aral. Buat Matthew atau Lea, mereka harus beradaptasi dari gaya bernyanyi teatrikal ke gaya kontemporer.
“Lea adalah penyanyi Broadway. Dan dia merasa Broadway adalah zona nyamannya. Ketika disuruh menyanyikan lagu R&B di studio, dia sempat kebingungan. Dia sempat berkata, 'Saya tak pernah melakukan ini sebelumnya. Kenapa saya yang disuruh?’ Aku bilang, dia bisa melakukan itu. Dan benar saja. Setelah dicoba berulang-ulang, hasilnya luar biasa,” kata Adam Anders, music director Glee.
Walau yang lain tak punya dasar musik yang kuat, mereka punya bakat yang bisa diandalkan. “Cory (Monteith) tak pernah bernyanyi di Broadway. Bahkan, sebelum di Glee ia tak pernah bernyanyi sama sekali. Tapi dia punya suara yang hebat. Saya tahu dia punya suara bagus ketika kali pertama merekam suaranya. Dia punya harmoni, melodi, dan pitch yang bagus. Hasilnya, ‘Don’t Stop Believin’ jadi nomor satu,” bilang Adam.
Lagu dengan konsep baru dan sederhana yang dinyanyikan para pemeran Glee ini kemudian dipasarkan dalam dua album: Glee The Music, Volume 1, yang dirilis 3 November 2009 dan Glee: The Music, Volume 2 yang dirilis sebulan kemudian.
Seperti serialnya, kedua album itu pun mendapat respons yang luar biasa. Volume pertama Glee sempat nongkrong di tangga keempat Billboard Albums Chart dan terjual di atas 100 ribu kopi pada pekan pertama penjualan. Totalnya, dua album soundtrack ini bersertifikat gold alias telah terjual satu juta keping.
Di dunia maya, secara digital lagu-lagu Glee telah terjual lebih dari 4 juta kali unduh. Ini pencapaian yang amat luar biasa. Pasalnya, album yang berisi daur ulang biasanya tak pernah laku keras.
Dengan fakta itu, wajar para musisi dunia tak segan-segan menawarkan katalog lagu mereka untuk didendangkan para pemeran Glee. Jadi jangan heran, dalam episode-episode selanjutnya karakter-karakter Glee bakal mengekspresikan bahagia dan sedihnya melalui lagu-lagu hit milik pemusik besar macam AC/DC, The Beatles, Lionel Richie, Olivia Newton John, dan Madonna.
Nama terakhir itu mendapat kehormatan dengan dibuatkan episode tersendiri. Tidak tanggung-tanggung, episode khusus “The Power of Madonna” yang tayang di AS pada 20 April memuat 10 tembang milik pelantun “Like a Virgin” itu.(yc/tabloidbintang)