Drone X-37B, Misteri Militerisasi AS di Luar Angkasa

Drone
Drone X-37B
Angkatan Udara Amerika Serikat mengumumkan bahwa pihaknya akan meluncurkan sebuah pesawat luar angkasa rahasia. Pengumuman itu memicu lahirnya spekulasi mengenai militerisasi luar angkasa.
Pentagon telah menetapkan 21 April mendatang sebagai tanggal peluncuran pesawat luar angkasa robot yang dikenal dengan nama X-37B Optical Test Vehicle (OTV), sebuah pesawat tanpa awak yang dapat dipergunakan kembali dan mampu melakukan misi luar angkasa berkepanjangan di orbit yang rendah.
Karena misteri yang menyelubungi proyek tersebut, para analis pertahanan menduga AS tengah membangun generasi pertama pesawat drone Predator luar angkasa yang akan memperkuat armada luar angkasa AS, demikian tulis the Christian Science Monitor dalam sebuah artikel baru-baru ini.
Para pakar militer mengatakan bahwa Departemen Pertahanan AS tidak mungkin membiayai proyek X-37B NASA yang mahal jika tidak punya kemampuan militer.
Mereka mengatakan bahwa AS ingin tetap memimpin di luar angkasa dengan pengembangan “senjata luar angkasa” baru tersebut pada saat China mengembangkan program luar angkasa mereka.
Namun, seorang pejabat militer AS bersikeras bahwa S-37B akan tetap dipergunakan untuk mengirimkan muatan dan memfasilitasi penelitian luar angkasa.
OTB mampu mendukung serangkaian uji coba, kata juru bicara Angkatan Udara yang bertanggung jawab atas proyek tersebut sebelumnya, dalam ajang Simposium Luar Angkasa Nasional.
“Misi pertama akan menekankan pada pembuktian pentingnya teknologi pesawat luar angkasa jangka panjang yang bisa digunakan kembali dengan izin otonomi untuk masuk kembali dan kemampuan pendaratan.”
Dia menambahkan, “Detail khusus kemampuan OTV, beserta batasan dan kelemahannya tetap dirahasiakan.”
Pesawat X-37B mampu tetap mengapung di orbit antara 200 dan 800 kilometer selama 270 hari sebelum melakukan pendaratan otomatis di Pangkalan AU Vandenberg di California, kata laporan tersebut.
Lokasi pusat pengendai misi untuk pesawat luar angkasa buatan Boeing tersebut juga dirahasiakan, namun Blair mengatakan bahwa Skuadron 3 Eksprerimen Luar Angkasa dari Komando Luar Angkasa (AFSPV) akan menjalankan operasi itu.
Ahli militer luar angkasa, Profesor Roger Handberg, yang mengepalai Departemen Ilmu Politik di Universitas Florida Tengah, Orlando, mengatakan kepada situs Space.com bahwa proyek X-37B mungkin menandakan kelanjutan ketertarikan AS dalam kendaraan respons cepat, sepertim kendaraan manuver luar angkasa yang telah sejak lama diajukan.
Dia menambahkan, proyek tersebut dapat dilihat sebagai perpanjangan logis dari dorongan pesawat tanpa awak (UAV - drone), di mana kendaraan yang dipergunakan untuk obersvasi dijadikan pengangkut senjata dan dapat melakukan misi-misi lainnya, sebagian besar di antaranya rahasia.”
“Dari sudut pandang pengamat internasional, khususnya di negara-negara berkemampuan luar angkasa seperti China, program X-37B semakin memperkuat pandangan mereka bahwa AS mencoba mendapatkan keuntungan pertama dengan respon cepat, termasuk mengirim senjata ke luar angkasa,” kata Handberg.
Para analis politik mengatakan bahwa proyek X-37B dapat dianggap sebagai pelanggaran Kesepakatan Angkasa Luar tahun 1967 jika pesawat tersebut dipergunakan untuk tujuan militer.
Dalam kesepakatan tersebut, diatur mengenai penggunaan dan eksplorasi luar angkasa, termasuk bulan dan lokasi luar angkasa lainnya. Kesepakatan itu menyatakan bahwa eksplorasi dan penggunaan angkasa luar harus dilakukan demi keuntungan dan kepentingan semua negara dan menjadi wewenang umat manusia. Negara-negara anggota kesepakatan dilarang menyimpan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya di orbit atau stasiun luar angkasa dengan cara lain, bulan dan benda angkasa lainnya harus dipergunakan secara eksklusif untuk tujuan damai. Para astronot dianggap sebagai utusan kemanusiaan. Negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut harus menghindari kontaminasi luar angkasa yang membahayakan.
Pasal IX kesepakatan tersebut menyatakan: “Sebuah negara penandatangan kesepakatan yang memiliki alasan untuk percaya bahwa aktivitas atau eksperimen yang direncanakan negara penandatangan lain di luar angkasa, termasuk bulan dan benda angkasa lain, dan melakukan aktivitas yang membahayakan dalam eksplorasi dan penggunaan angkasa luar, termasuk bulan dan benda angkasa lainnya, dapat meminta konsultasi terkait aktivitas atau eksperimen tersebut.”
Selain itu, sebuah proposal telah dipersiapkan untuk Kesepakatan Pelestarian Luar Angkasa yang akan melarang seluruh senjata luar angkasa, namun sejauh ini belum ada negara yang menandatanganinya.
Sumber - Surya